Ibunya
cukup terkejut ketika anak semata wayangnya yang nampak tergesa-gesa, tiba-tiba
saja mengatakan bahwa ia akan pergi jauh dan tidak akan kembali pulang.
“Memangnya
kau hendak kemana nak? Kau hanya anak berumur 9 tahun yang bahkan untuk pergi
ke sekolah saja masih harus diantar”
Anaknya hanya tersenyum. Sambil
kemudian menceritakan tentang pertemuannya tadi.
“Sesaat
yang lalu seorang lelaki tiba-tiba menghampiriku bu. Ia menawariku 3 buah
cokelat ajaib yang harus kupilih salah satunya.
Jika
aku memilih dan memakan cokelat pertama, ia mengatakan bahwa aku bisa
mendapatkan kekuasaan apapun yang aku inginkan. Sedangkan jika kupilih cokelat
kedua, ia mengatakan bahwa aku bisa mendapatkan seluruh harta yang ada di dunia
ini bu.”
Sang Ibu menajamkan garis
dahinya. Ia mencoba mencerna lebih dalam cerita yang dimaksud anaknya.
“Lalu
kau memilih cokelat yang mana?”
Sang anak terdiam sebentar.
“Aku
memilih cokelat ketiga.”
“Cokelat
ketiga? Apa yang akan terjadi jika kau memilih cokelat ketiga nak?”
Raut wajah anaknya menegas.
“Aku
akan menjadi sebuah lilin bu.”
“Lilin?!” Ibunya semakin terkejut mendengar itu.
“Di
sebuah tempat di pelosok yang jauh, ada seorang anak yang kelak akan menjadi
orang besar bu. Ia adalah satu-satunya orang yang kelak akan paling mampu memanfaatkan
kekuasaan dan harta apapun yang ada di dunia ini.
Saat
ini, setiap malam, di meja belajarnya, ia selalu menyalakan sebuah lilin
sebagai penerangan untuknya selagi membaca dan belajar.
Dan
lelaki tadi mengatakan bahwa jika aku memilih cokelat ketiga, aku bisa
mendapatkan kehormatan untuk menjadi salah satu dari sekian banyak lilin yang
ia nyalakan tiap malam itu.”
Bola mata ibunya mulai
bergenang. Sang anak masih melanjutkan
“Sekalipun hanya sebagai
sebuah lilin kecil, sekalipun tubuhku harus sakit terbakar; bahkan sekalipun untuk
hidupku yang hanya semalam, aku hanya ingin menjadi berarti bu.”
***
No comments:
Post a Comment