Monday, June 27, 2016

SUMBA


Serumpun halimun hambur beriring haru
Menyambut senja yang baru ditabuh
di pangkal langit Waingapu

Untuk setiap isak yang tumpah dipangkuanmu,

Sumba.

kujatuhkan di sekian tanahmu 
segala damba dan cinta untuk menghamba

***

Monday, June 13, 2016

JALAN TUA



Sesekali persimpangan itu nostalgis. Jalan tua berimbun kidung yang terkadang dengan serampangnya meretas mimpi ternyataku tentang menjadi merdeka sendirian; yang seandainya sedikit saja aku abai dari khidmatku berjalan ke depan, ia telah dengan mudah menyita sebelah langkah tegapku ini dan hanya menyisakan sebuah pincang untukku melanjutkan. Dihanyut angan di denyut kenangan. Ke sekian jarak yang terlampau rumit untuk bahkan dipecahkan oleh ribuan Khawarizmi sekalipun; ke ribuan samsara yang terlampau sengsara untuk bahkan dikejar tangguh cintanya sang suara kepada cahaya sekalipun. Dan seandainya itu terjadi di suatu ketika,

“Aku merindukan kita”
hembusku

Sebuah perjalanan lampau, saat kita masih menjadi kafilah berlalu yang menggonggi anjing yang tidak pernah berhenti menggunjing; saat berkarya masih jauh lebih menarik ketimbang menjadi kaya; sedang frasa ‘sukses yah’ hanya masih akan berlabuh di lembar ujian kuliah.

Di masa-masa itu rasanya, tak satu Cartenz, Elbrus atau bahkan Everestpun yang dapat dengan tepat memberikan kita sebuah kredo tentang kekalahan. Tak seonakpun dan tak seilalangpun; selain rumput kering pembaringan kita di sana. Tempat cita dan cinta tak pernah gagal meleburkan lamunan kita pada petualangan menjadi apa; dan keluh serta peluh, tak pernah gagal diluluh mantra yang paling tak terdustakan dari kalian.

“Suatu saat kita akan merindukan hari ini”
 lirihmu.



***

Thursday, June 9, 2016

KEAJAIBAN

Apa mungkin karena Kamus Besar
Bahasa Indonesia mengajarkan kita
bahwa;

Keajaiban /ke·a·ja·ib·an/ n
keganjilan; keanehan

Maka kita selalu salah mengartikan setiap
keajaiban yang pernah datang kepada kita


***

DIALOG IMAJINER : BERSABAR

INT. RUMAH, SIANG HARI

Waktu puasa baru berjalan setengahnya, namun 
si anak sudah mulai terlihat gelisah.

Anak : “Mengapa adzan maghrib terasa 
              sangat lama sekali ya Ayah?”

Ayahnya hanya tersenyum.

Anak : “Aku sudah tidak sabar untuk mencicipi
              es buah yang akan ibu buat nanti Ayah”

Ayah :  “Bersabarlah nak. Akan tiba waktumu 
               untuk itu.”

Sang anak terdiam sebentar.

Anak : “Apa menurutmu di hari pertama 
             puasa ini aku bisa bersabar untuk itu ayah?”

Sang Ayah kembali tersenyum.

Ayah : “Pertanyaannya bukan bisa atau tidak nak, 
              tapi mau atau tidak.

              Karena ketimbang soal kemampuan, 
              bersabar adalah soal kemauan nak.”

                             ***

Wednesday, June 8, 2016

ATID

Kita bukan malaikat Atid
yang bertugas mencatat
kesalahan seseorang


***