Thursday, September 29, 2016

CUAP-CUAP MENYESATKAN

Sepanjang bulan September ini, saya kembali berkesempatan untuk mengisi dua workshop videography lagi. Di dua workshop tersebut, saya bikin pendekatan workshop yang sedikit berbeda, yaitu dengan menstimulus peserta untuk membuat video berdasarkan audio bernarasi yang sudah saya bikin sebelumnya. Walaupun sebenernya punch line narasi-narasi tersebut kebanyakan sifatnya adalah pengulangan dari tulisan saya di blog ini sebelumnya, tapi supaya bisa terdokumentasi dengan baik, maka saya rasa tidak ada salahnya saya memposting transkrip tersebut di sini. So, this is it...


PERANTAUAN SEMALAM

Malam ini, kutanggalkan segenap pongahku di lengkung bayanganmu

Di saat waktu tengah dalam tenggang paling tergesanya
Hingga tak satu detikpun berlalu tanpa sebuah doa terpanjat untukmu

Kita hanyalah sekumpulan laron dalam perantauan semalam mencari lentera
Dengan angin yang terus berkisah tentang perpisahan kita di sekian detik setelahnya

Tapi sekalipun harus dengan sayap yang luluh terbakar seperti ini
Tak satu luka pun yang pernah gagal terobati
Oleh kata yang paling tak terdustakan darimu, bahwa

“Suatu saat kita akan merindukan hari ini”

(KM-ITB, 8 September 2016)

***



SI PECANDU YANG BERGUMAM

Sesekali perasaan ini kembali terjatuh pada kerancuan yang sama
Ketika angin datang berkejaran, tanpa satupun arah yang lugas ditunjuknya
Persis seperti apa yang siratmu ujarkan padaku semalam di ujung terjagaku bahwa,

Serupa doa dan dosa yang tengah berebut kuasa
dalam hunusan pedang sebuah peperangan paling berdarah
Hidup terkadang terasa sangat jelas
Namun bisa menjadi sangat rumit di sekaligusnya

Sepertimu
Dalam ritus kosongku mencanduimu

Ketika untuk seorangmu,
memiliki ketiadaanmu pun,
adalah keindahan yang perlu dimenangkan juga.

(Kedai Teko Bandung, 18 September 2016)

***