Saturday, June 20, 2015

RENJANA

Hari pertama di bulan puasa, hari ketika kekhidmatan telah mulai memayungi mereka yang tengah berjalan mencari Tuhan dalam dirinya; ketika segala kesyahduan dan sekian juta cinta mulai mengiringi mereka yang tengah bermesraan dengan kontemplasi tentang mikro semestanya, untukku, ia rupanya telah mengejawantah menjadi kepulangan yang tengah kutempuh ini. Sederhana saja dan aku telah tiba pada rasa yang entah sudah berapa juta kali aku berseteru dan gagal menujunya. Keberjarakkanku dengan hiruk pikuk pertempuran klasik antara idealisme dan realitasku yang sejak kemarin, dan tengah kucurigai barangkali akan begitu seterusnya, mengusir nyenyak tidurku.

Dan sekali lagi, tanpa pernah terlintas sedikitpun dalam dugaanku, selayaknya jelaga pada setiap kuali yang tengah terbakar, ia telah bertengger di pundakku dalam caraku yang terlampau sangat sederhana ini. Berjalan pulang; menuju rumah tempat segala entitasku bermula, tempat aku sering tertegun dulu dan terbangun tatkala aroma gorengan pisang yang dimasak ibu telah menyurupi lubang hidungku. Ia di jalan ini, di tanah-tanah gersang dengan sekian jejak sepatu lamaku yang nyaris lenyap dan tengah aku terka sekarang ini.

“Aku bukan lupa atau enggan untuk sekedar kembali kesini. Aku selalu tahu bahwa kalian akan tetap mencintaiku sekalipun dalam kebinatanganku, tetap memelukku sekalipun aku tengah berlumuran tinja. Hanya saja, seandainya aku memilih terus berada di sini, bersama kalian, samudera kesempurnaanku; aku takut bahwa aku telah merasa memiliki segalanya lalu berhenti melakukan pencarian dan pembuktian konyolku ini. Kebodohanku itu, ia yang telah menjadi satu-satunya hal yang paling tersisa dari rengekan diriku atas kebersediaanku melanjutkan usiaku ini Bu.”

Sahutku pada abstraksi-abstraksiku tatkala santap berbuka petang itu telah tuntas kuhabiskan bersama keluargaku. Mereka yang saat ini tengah berhasil kembali meleburkan diriku pada rasa yang telah sangat lama tidak aku temui ini. Kekosongan yang mengisiku penuh. Kehadiran yang tengah meniadakanku.

Rumah,
18 Juni 2015


***



Friday, June 12, 2015

KATA ORANG

#
Hidup di Jakarta itu susah

DIALOG IMAJINER : PULANG

 EXT. KOMPLEK PEMAKAMAN, DAY
… keduanya pun melangkah pulang selepas prosesi pemakaman sanak saudaranya tersebut selesai.

ANAK :
“Seandainya kita memang berasal dari Tuhan, lalu untuk apa kita harus susah payah berpisah dan pulang kembali kepada-Nya ayah?”

AYAH :
“Berpisah?
Aku baru tahu jika manusia pernah berpisah dengan Tuhan.”

***

Thursday, June 11, 2015

Tuesday, June 9, 2015

HAL YANG HARUS KAU PERCAYA

***
Percayai satu hal
dan kau akan dibawa
ke banyak hal yang tidak
kau percayai