Sunday, July 29, 2012

Saturday, July 28, 2012

Wednesday, July 25, 2012

RAHIM.

apa kau tahu,
arti dari kata rahim?

kasih sayang.

apa kau tahu,
arti dari kata rahim?

kasih sayang.
ia bersemayam.
dalam setiap ibu.


















BRENDEN FOSTER




Apa yang paling diinginkan dalam sebuah hidup? Sebut saja menjadi kaya, menjadi terkenal, pergi ke luar negeri, beli mobil mewah atau punya rumah besar. Perayaan. Dan saya tidak pernah terkejut dengan itu. Paling tidak mari bersorak sedikit untuk kita. “Homo Volens!”. Lalu tebak apa yang dipikirkan ketika esok adalah kematian kita? Karena kali ini saya cukup terkejut. Bahwa saya menemukan seorang calon pemegang ijazah cap gajah duduk berusia 20 tahunan yang berbicara “kalo besok adalah hari kematian saya, hari ini saya bakal baca komik sebanyak-sebanyaknya, makan makanan yang belum pernah dicoba, terus main game sepuasnya”.  
Anjing! Saya bilang.
Belajarlah dari anak ini. Brenden Foster. Seorang anak laki-laki berumur 11 tahunan asal Bothell, Washington yang telah didiagnosa leukemia lymphoblastic akut oleh dokter pada tahun 2005. Harapan untuk hidup jauh lebih lama lagi, hampir tidak mungkin untuknya. Tapi ketimbang membaca komik, main game sepuasnya atau melakukan kegiatan-kegiatan tolol yang sering dilakukan orang "dewasa" lainnya, ia memilih berkeinginan, untuk memberi makan para tunawisma. Dan pada giliran lainnya ingin menjadi seorang malaikat. Agar selanjutnya ia bisa membantu para tunawisma itu dari surga. Keinginannya Ini telah menginspirasi sebuah stasiun TV lokal untuk kemudian memberitakannya pada November 2008. Membuatnya menjadi perhatian dunia. Menginspirasi banyak orang.
The Brenden Foster Food Drive kemudian didirikan oleh stasiun tersebut untuk menghormatinya. Di tempat lain di Seattle, muncul para relawan dari Emerald City Lights Bike Ride yang ikut tergerak membagikan 200 sandwich kepada para tunawisma. Gerakan “Stuff the Truck”, gerakan mengisi tujuh truk  dengan makanan, telah terpenuhi makanan dan uang tunai $95,000. Serta Union Rescue Mission sebuah tempat penampungan tunawisma di Los Angeles membagikan lebih dari 2500 makanan atas nama Brenden.

"Why at so young an age? I could have done more. 
But if it has to be now, it has to be now."

Adalah kalimat untuk Tuhan tentang kehidupannya.

Untuk ini, saya  sampai pada kenyataan. Usia tak pernah menentukan tingkat kemuliaan seseorang.  Bukan seorang mahasiswa. Bukan seorang 20 tahun. Karena sepertinya 11 tahun adalah waktu yang cukup untuknya.


 ketika ditanya tentang hal apa yang paling membuatnya sedih,
Ia menjawab, 
"When someone gives up."



Tuesday, July 24, 2012

DAJJAL








*Dajjal : "berterima kasihlah sedikit kepadaku. karena paling tidak, keinginan untuk menghancurkanku, pada akhirnya telah menyatukan seluruh ras manusia."

DIALOG IMAJINER : GENDER?

INT. BUS, SIANG

Perjalanan bus hari ini agaknya mulai membosankan. aku mencoba sedikit menghibur diri dengan memperhatikan sekitar. Karena rupanya ras manusia semakin hari semakin terlihat menarik saja.

Aku : "Hei, coba kau lihat lelaki itu, tingkah lakunya aneh sekali."
Kawanku : "Hahaha ya aneh sekali."

tiba-tiba seseorang dengan raut wajah keras dan badan yang hampir menyerupai seorang raksasa datang menghampiri kami.

Orang itu : "Dasar anjing! orang yang kalian hina itu adalah anakku!"

Kami terkejut dibuatnya

Orang itu : "Dan satu hal yang penting! dia itu perempuan!!"
Aku : "Oh, sungguh maafkan kami pak, kami tidak tahu jika Anda adalah ayahnya."
Orang itu : "Bangsat kalian! tidak lihat apa? aku ini ibunya!"

Dan kami lupa. 
Kami telah sampai di masa saat kami tak dapat membedakan
laki-laki dan perempuan  

Sunday, July 22, 2012

SESEORANG MENJAWAB 2

Sialan. Rupanya diciptakan sebagai seekor binatang jauh lebih menarik.

"ketika kita mengatakan bahwa binatang itu menikmati ketenangan, 
ketenangan itu merupakan ketenangan yang lebih rendah dari keraguan, 
disamping juga ia tidak akan pernah sampai pada sebuah keyakinan."


- Murtadha Muthahhari -  
dalam pendahuluan "Keadilan Ilahi"

SESEORANG MENJAWAB 1

Aku merasa tersesat karena segala pertanyaan dan keraguan yang tak pernah berujung sesuatu, terus membombardir pikiranku. Manusia gagal kah aku?


"... keraguan adalah perantara menuju keyakinan,
pertanyaan adalah perantara menuju kesimpulan,
dan kegelisahan adalah perantara menuju ketentraman..."


- Murtadha Mutahhari -
dalam pendahuluan "Keadilan Ilahi"

Friday, July 20, 2012

CATATAN KAKI : BUPATI


bupati.
(berasal dari kata Sansekerta yaitu bhu : bumi atau tanah dan pati : penguasa.)
Dengan terbatasnya pengawasan langsung dari penguasa Mataram pada waktu itu, maka umumnya bupati bandung secara khusus dan bupati priangan secara umum, diidentikkan dengan kekuasaan raja.





sumber foto : aleut.wordpress.com
editing : retorika-monolog

KULTUS ESKATOLOGI


Saturday, July 14, 2012

DIALOG IMAJINER : JAWABAN NIHIL


EXT.WARUNG KOPI, SIANG
Aku : 
"Aku tidak pernah tahu apa menariknya menjadi hidup. Suatu saat yang lalu aku lahir, sedang suatu saat yang lain mati. Sisanya aku hanya melihat keburukan, perang, kegagalan, kebohongan, dan semua kehancuran. Semuanya membingungkanku. Aku tidak tau lagi apa yang harus aku jalani."

Kawanku : (tersenyum)
"Yang kau butuhkan hanya seorang perempuan." 

Thursday, July 12, 2012

Wednesday, July 11, 2012

Tuesday, July 10, 2012

Friday, July 6, 2012

DIALOG IMAJINER : BERMIMPI MATI


 Kawanku : 
 "Kemana perginya mimpimu itu?" 
 sudah lama aku tak melihatnya lagi. 
 Aku : 
 "Ia sudah lama mati" 
Kawanku :
"Bagaimana bisa?"
Aku :
"Dibunuh dunia."
Kawanku :
"Kalau begitu aku ingin melihat mayatnya."
Aku :
"Bagaimana mungkin?
Bukankah kau tahu ia hanya sebuah konsep
dalam pikiran saja."
Kawanku :
"Kalau begitu kau harus meralatnya.
Bahwa yang membunuh mimpimu 
adalah pikiranmu sendiri." 

Wednesday, July 4, 2012

CATATAN KAKI : BANDUNG



"Usahakan, bila aku datang kembali ke sini, sebuah kota telah dibangun!"




sumber foto: http://pub.mahawarman.net/bandoeng-jaman-doeloe/images.html
editing : retorika-monolog

Monday, July 2, 2012

CATATAN KAKI : PRABU TAJI MALELA


SESEORANG DAN KEMATIANNYA


HARGA UNTUK SEBUAH KARYA


INT. RUMAH, SORE
Seorang adikku telah pulang dari waktu bermainnya.
Sepertinya ia menggenggam sesuatu di tangannya.
 “Ah, bubur lemu rupanya.
Berapa harganya dik?” tanyaku.
 “Seribu rupiah”
  
Dan apa yang bisa seseorang dapatkan dari selembaran uang seribu rupiah?
Karena pada kenyataannya, dengan itu aku masih dapat membeli semangkuk kecil bubur sumsum beserta delapan butir candil berukuran kelereng yang disiram dengan santan dan gula merah cair. Atau jika aku mau menambahkannya dengan sekeping koin lima ratus rupiah, aku masih bisa menemukan seorang pedagang yang mau menukarkannya dengan semangkuk kecil bubur kacang panas. Atau juga aku pernah tahu seseorang yang mau menukarkan balon panjang yang telah disimpul menjadi bentuk kuda jika aku mau memberikan dua lembar uang seribuan ini kepadanya. Atau aku juga dapat pergi ke seseorang yang lain dan menukarkannya dengan beberapa lembar gambar polos yang ia punya. Atau mungkin penjual perahu othok-othok disana pun masih mau menurunkan harganya untukku.
Dan aku tidak begitu sepakat dengan nominal-nominal uang itu. Bahwa buatku itu bukan harga yang setimpal atas sesuatu yang kita sebut keterampilan manusia, daya cipta manusia, kreatifitas, ide atau karya tangan seorang manusia. Maka karya-karya seni berharga ratusan juta itu, buatku menjadi sebuah penghinaan. Mungkin aku agak lupa bahwa gedung itu telah mengajariku menentukannya . Yang ini mahal dan yang itu murah. Yang ini seni dan yang itu bukan seni.  Sedang sejauh ini aku tak pernah tau apa pentingnya itu. Lantas apa pedulinya jika aku bilang persetan. Karena yang aku cintai bukan karya seni, tapi kemampuan manusia mencipta. Bukan pemikiran estetis tapi pemikiran kreatif. Bukan konsep sebuah karya, tapi cerita sebuah karya. Bukan penjelasan tentang “apa” tapi tentang “bagaimana”.
Paling tidak harga-harga itu seharusnya bisa lebih tinggi. Tapi mungkin juga itu simalakama. Karena mereka bisa saja kehilangan semua langganannya, sedang para penghuni kelas atas sudah terlanjur menganggapnya menjijikkan. Maka lagi-lagi ini kembali bermuara di meja judi. Karena jika bicara soal solusi seharusnya aku melibatkan pembicaraan ruang lainnya juga. Ekonomi, kelas sosial, etika dan estetika bisnisnya. Tapi ini memang sebuah ocehan. Karena aku lebih tertarik mempertanyakannya sebagai seorang manusia saja. Tanpa yang lainnya.







Dan semangkuk kecil bubur lemu di depanku masih belum kusantap.
Rupanya aku masih belum setenang itu.

Aku lantas bergumam
“Semoga Tuhan memberikan kebaikan untuknya.”
Paling tidak, itu harga yang bisa kubayar untuknya






sumber foto :
1. http://kfk.kompas.com/kfk/view/118631-Pedagang-Balon
2. http://ordinary-people-yos.blogspot.com
editing foto :
retorika-monolog.blogspot.com