Aku : “Ya, aku mempercayainya”
Kawanku : “Bagaimana jika sebenarnya planet Mars itu tidak
pernah ada?
Bukankah bisa saja semua itu hanya konstruksi kebohongan
manusia belaka?”
Aku : “Ya aku tahu. Hanya saja di antara kita belum ada yang
pernah pergi ke luar angkasa untuk membuktikannya. Maka antara ada dan tidak
ada, kemungkinannya menjadi sama besar bukan?
Kawanku : “Jika benar demikian, lantas mengapa kau memilih
untuk mempercayai
keberadaannya ketimbang untuk tidak mempercayainya?”
keberadaannya ketimbang untuk tidak mempercayainya?”
Aku : “Karena aku ingin menjadikannya ada.”
Dan jeda segera muncul di antara obrolan kami. Seraya memberikan
kami ruang kosong untuk berpikir secara mendalam tentang makna yang tengah
mengawang-ngawang di sekitar tempat kami duduk.
Kawanku : “Apa kau mempercayai bahwa Tuhan itu memang ada?”
Kawanku : “Apa kau mempercayai bahwa Tuhan itu memang ada?”
Aku terdiam sebentar sambil tersenyum kecil
Aku : “Mengapa kau mengulang pertanyaan yang sama?”
Sumber foto : http://beyond-our-planet.blogspot.com