INT. TOKO PAKAIAN, MALAM HARI
Raut
wajah senang itu mulai terlihat jelas pada wajah kecilnya, saat sandal bututnya
mulai menapaki lantai toko pakaian itu. Akhirnya. Baju baru. Paling tidak itu
yang selalu dijanjikan ayahnya sejak lama sekali.
Ayah
“Coba kamu
lihat-lihat dulu nak”
Sang
anak mulai melakukan pencariannya. Dengan sangat seksama. Teliti. Karena mungkin
hanya ini kesempatannya.
Ayah
“Bagaimana nak?”
Anak
“Aku suka yang ini
ayah”
Dan
atas itu, hatinya diselimuti dengan kegembiraan yang sangat besar. Ini mungkin benar-benar
berbeda. Baju barunya ia peroleh langsung dari toko pakaian. Bukan dari
kegiatan-kegiatan baksos pada waktu biasanya.
Ayah
“Baiklah nak,
sekarang kamu tunggu di luar saja ya.
Biar ayah yang urus ini”
(Si anak lalu pergi
ke luar dan berdiri tepat di depan pintu masuk toko itu)
Ia
benar-benar tak menyangka tentang ini. Karena yang ia ingat, ayahnya hanyalah
seorang buruh bangunan berpenghasilan sangat rendah. Dan ibunya hanyalah seorang
buruh cuci. Yang bahkan untuk makan sehari-hari pun, penghasilan keduanya tak
pernah mencukupi.
Tapi
tiba-tiba pikirannya dibuyarkan oleh sebuah teriakan dari dalam toko
Karyawan toko
“Maling!! Maling!! Ada
maling!!
Tangkap maling itu”
Teriakan itu sontak membuat suasana dalam toko menjadi kacau. Tiba-tiba seorang laki-laki dengan
membawa beberapa potong pakaian berlari dengan sangat kencang dari dalam toko itu. Beberapa orang
berusaha mengejarnya.
Itu pencurinya. ...
Oh bukan....
Itu ayahnya...
Itu pencurinya. ...
Oh bukan....
Itu ayahnya...
*diadaptasi dari cerita adik perempuan saya yang pernah bekerja di toko pakaian di pusat kota