Sepanjang bulan September ini, saya kembali berkesempatan untuk mengisi
dua workshop videography lagi. Di dua workshop tersebut, saya bikin pendekatan
workshop yang sedikit berbeda, yaitu dengan menstimulus peserta untuk membuat
video berdasarkan audio bernarasi yang sudah saya bikin sebelumnya. Walaupun
sebenernya punch line narasi-narasi tersebut kebanyakan sifatnya adalah pengulangan
dari tulisan saya di blog ini sebelumnya, tapi supaya bisa terdokumentasi
dengan baik, maka saya rasa tidak ada salahnya saya memposting transkrip
tersebut di sini. So, this is it...
PERANTAUAN SEMALAM
Malam ini, kutanggalkan segenap pongahku di lengkung
bayanganmu
Di saat waktu tengah dalam tenggang paling
tergesanya
Hingga tak satu detikpun berlalu tanpa sebuah
doa terpanjat untukmu
Kita hanyalah sekumpulan laron dalam perantauan
semalam mencari lentera
Dengan angin yang terus berkisah tentang perpisahan
kita di sekian detik setelahnya
Tapi sekalipun harus dengan sayap yang luluh
terbakar seperti ini
Tak satu luka pun yang pernah gagal terobati
Oleh kata yang paling tak terdustakan darimu,
bahwa
“Suatu saat kita akan merindukan hari ini”
(KM-ITB, 8 September
2016)
***
SI PECANDU YANG BERGUMAM
Sesekali perasaan ini kembali terjatuh pada
kerancuan yang sama
Ketika angin datang berkejaran, tanpa satupun
arah yang lugas ditunjuknya
Persis seperti apa yang siratmu ujarkan
padaku semalam di ujung terjagaku bahwa,
Serupa doa dan dosa yang tengah berebut kuasa
dalam hunusan pedang sebuah peperangan paling
berdarah
Hidup terkadang terasa sangat jelas
Namun bisa menjadi sangat rumit di
sekaligusnya
Sepertimu
Dalam ritus kosongku mencanduimu
Ketika untuk seorangmu,
memiliki ketiadaanmu pun,
adalah keindahan yang perlu dimenangkan juga.
(Kedai Teko Bandung, 18 September 2016)
***