Wednesday, July 17, 2013

DIALOG IMAJINER : BUTA RASA

INT. RUANG TENGAH, MALAM HARI

Hanya ada aku dan adikku. Sebuah meja dan beberapa buku yang hendak kami baca. Aku meraih salah satunya. Membukanya dan mulai membacanya. Tapi belum saja aku sampai pada beberapa paragraf, listrik rumah kami tiba-tiba saja padam. Untung saja aku teringat sesuatu.

Aku :
“Dik, coba kau ambilkan lilin yang baru saja kakak taruh persis di sebelahmu tadi.”

Adikku :
“Di mana kak?”

Aku :
“Di sebelah tangan kananmu.”

Adikku :
“Di sebelah tangan kananku?
Tapi kak, bagaimana caranya aku membedakan tangan kanan dan tangan kiriku?
Sedangkan aku tidak bisa melihatnya dalam keadaan gelap gulita seperti ini

Bahkan aku pun tidak terlalu yakin apakah aku masih memiliki tangan atau tidak.”

-------------------------------------


Apakah adik itu adalah pemikiran kita? Sebuah kepercayaan yang hanya bisa dibangun oleh sesuatu yang terlihat saja? Bahwa sebuah definisi hanya ditujukan untuk bayangan-bayangan yang jatuh terbalik di retina kita saja? Bahwa hanya cahaya lampu saja yang dapat membantu kita membedakan mana kepala kita dan mana kemaluan kita?

Berhentilah mengoceh adik! Karena itu sebenarnya hanya sesederhana berdiam, memejamkan mata dan merasakan. Tak harus terlihat. Seperti udara. Yang kau yakini ada, karena kau merasakannya dalam setiap tarikan nafasmu walaupun ia tak tampak.


Lalu mengapa masih saja mengoceh tentang Tuhan?



No comments: