Wednesday, March 27, 2013

DIALOG IMAJINER : BERMAKNA DALAM OPOSISI


INT. RUANG UTAMA, MALAM HARI

Suatu hari, seorang anak mendatangi ayahnya. Ia bermaksud mengajukan keberatan atas jumlah uang jajannya sehari-hari.

Anak : “Ayah, uang jajan yang ibu berikan untukku sehari-hari , rasanya kurang sekali Ayah.”
Ayah : “Berapa biasanya kau meminta uang jajan pada ibu?”
Anak : “Rp 2.000,-“
Ayah : “Kalau begitu, besok cobalah minta Rp 1.000,-“
Anak : “Baiklah Ayah.”

Keesokan malamnya, si anak mendatangi kembali ayahnya.
Anak : “Tadi pagi aku sudah meminta uang jajan pada ibu sebesar Rp 1.000,-. Tapi rasanya masih saja kurang Ayah”
Ayah : “Kalau begitu, besok mintalah Rp 500,-“
Anak : “Baiklah”

Malam berikutnya, si anak mendatangi ayahnya lagi
Anak : “Uang jajanku sudah Rp 500,- Ayah. Tapi aku merasa uang itu semakin tidak mencukupiku saja .”
Ayah : “Kalau begitu, besok mintalah Rp 2.000,-“
Anak : “Baiklah Ayah”

Dan keesokan malamnya…
Anak : “Ayah, hari ini uang jajanku Rp 2.000,- dan aku merasa jumlah uang jajanku sekarang sudah lebih dari cukup ayah”
Ayah : “Bersyukurlah untuk itu”

-------

Beberapa dari kita mungkin memang harus merasakan ”ketidakadaannya” terlebih dahulu sebelum akhirnya dapat mensyukuri “keberadaannya”, merasakan kesakitannya dulu supaya bisa mensyukuri kesehatannya, merasakan kemiskinannya dulu supaya bisa mensyukuri kekayaannya.

Tapi mungkinkah jika kita bisa mensyukuri apa yang telah kita miliki itu tanpa perlu merasakan kehilangannya terlebih dahulu?

Mensyukuri kehidupan kita tanpa perlu menemukan kematian terlebih dahulu?







sumber foto: jerukpisang.files.wordpress.com

Monday, March 25, 2013

KIDUNG KEPULANGAN


Padahal malam belum mencapai vertikalnya. Tapi sejak tadi, jalanan terus menawarkan kekosongannya padaku. Aku menerimanya. Dan sekali lagi. Pikiranku mengerucut ke belakang. 

Disana, tanah-tanah karbala tidak pernah bersih dari genangan darah. Dan perut-perut kosong selalu dapat kau temukan dengan mudahnya. Terlebih lagi, anak-anak yang menangisi kematian mimpi-mimpinya itu. Terus membelalakimu sepanjang hari. 

Aku terus menyaksikannya. Kenyataan-kenyataan yang tak pernah aku anggap adil nilainya. Mengganjali celah-celah otak yang kerap memaksaku meneriaki ketidakpedulian mereka. Anjing-anjing tolol. Bergerombol. Mengonggong argumen-argumen skeptis yang tak pernah berisi apa-apa selain pesimisme atas tercapainya kenyataan yang lebih ideal buatku.

-------------

Tapi entahlah kawan, 
atas apa yang telah aku saksikan itu,
segala kejahatan itu, kehancuran itu,
serta nilai yang tak pernah dapat aku terima pertaruhannya itu,

aku tetap mencintaiNya,
aku tetap merindukanNya.

Jadi tinggalkan saja aku.

Wednesday, March 20, 2013

HEINRICH HEINE











"Den menschen macht seiner wille gross und klein"

---

"Kemauanlah yang membuat manusia menjadi besar atau kecil"















Tuesday, March 5, 2013

GARIS TEPI






"Menjadi tua dan menjadi bijaksana
adalah dua hal yang berbeda."






Sunday, March 3, 2013

DIALOG IMAJINER : BERJARAK NAMA



EXT. HALTE, SORE

 Orang Sunda :
“Dan setiap kali rasa lapar datang menghampiri, kami biasanya memakan sangu untuk mengembalikan rasa kenyang kami.”

Orang Batak :
“Begitu ya. Tapi tidak dengan kami.
Kami selalu memakan indahan untuk mengobati rasa lapar kami.”

Orang Jawa :
“Kalo kami orang Jawa,
Kami memakan sego.”

Orang Madura :
“Berbeda dengan kalian,
Kami orang Madura biasanya memakan nase’.”

------

Orang-orang ini barangkali adalah kita.
 Saat kita merasa bahwa Tuhan adalah sesuatu yang berbeda
 ketika Dia kita sebut dengan nama-nama yang berbeda.




*sangu, indahan, sego dan nase adalah bahasa daerah untuk nasi*




sumber foto : crohnsend.com