Wednesday, March 21, 2012

SATU HARI BERSAMA SENI

Adakah manfaat seni untuk kehidupan sosial?
       Dan untuk kesekian kalinya, seseorang melemparkan pertanyaan tersebut. Kali ini dilontarkan untuk mengawali sebuah seminar bergengsi di sebuah kampus yang katanya bergengsi pula. Naif.

       Mencari jawaban untuk pertanyaan ini buatku terlalu buang-buang waktu. Mau bagaimana pun, seni tidak memiliki kemampuan direct action secara konkrit. Untuk setiap permasalahan yang terjadi, seni dan beberapa kawan-kawannya selalu tetap menjaga jarak. Kemudian menggambarkannya saja. Karyanya ditempel di galeri. Selanjutnya pulang lalu tidur nyenyak. Tidak pernah terjadi aksi yang berkelanjutan. Hanya berteori dan berwacana saja. Eksploitasi isu. Merayakan konflik. 
        Tengoklah Tisna Sanjaya. Pahami apa yang ia lakukan bersama keseniannya. Resapi apa yang selalu ia perbincangkan tentang kejujuran menjadi seorang manusia. Karena setelahnya kau pasti ingin sekali menyayat kanvas seniman-seniman komoditas itu. Kemudian meneriaki mereka sebagai "pembual!". Dan karenanya, karya seni hanya berhenti pada ruang-ruang retorika saja, pada ruang-ruang estetika saja, dan pada ruang-ruang kapitalis saja. Dunia dengan dimensi yang berbeda dengan dimensi kehidupan sosial. Sesuatu yang selalu ingin aku tertawakan dan aku jadikan lelucon sehari-hari. Bagaimana tidak, seorang kolektor berani mengeluarkan uang ratusan juta bahkan bermilyaran untuk sebuah karya seni. bahkan untuk karya yang buatku hanya retorika kebohongan saja. Sedangkan di satu sudut realitas yang lain seorang tukang becak sedang pusing memikirkan bagaimana ia harus memberi makan keluarganya besok dengan sedikit uang yang ia dapat hari itu. miris. dan aku tertawa setengah gila. Aku rasa seseorang harus cepat menyelamatkan aku dari kemurtadan ini.

"Adakah manfaat seni untuk kehidupan sosial?" 

dan aku masih belum membahas pertanyaan ini. 
Hey. Kenapa tidak kita ganti saja pertanyaannya?

"Adakah manfaat diri kita untuk kehidupan sosial?" 

 Atau kita terlalu takut untuk menjawabnya? karena buatku seni tidak terlalu penting. Siapa yang membawanya itu jauh lebih penting. Bahkan jika kita merasa harus berguna untuk kehidupan sosial, seni mungkin bukan satu-satunya cara atau mungkin seninya sendiri sudah tidak terlalu penting lagi.