Tuesday, March 27, 2012

BACAA TULIS ALQURAN

Salam kontemporer para pejuang seni!!
      Dan langit Bandung dengan segera menjadi terlihat sangat kontemporer. Kami semua berjingkrak. Meneriakkan lagu kebangsaan seni kami. SENI...SENI...SENI... Segalanya menjadi kontemporer. Karyanya, senimannya, pengunjungnya, security nya, petugas kebersihannya, kendaraan-kendaraan yang lewat, semuanya. Sebentar kemudian, perhelatan Bandung Contemporary Art Award yang kedua dibuka. Dan tentunya manusia-manusia dunia ketiga sepertiku tahu kemana harus bergegas. Sumber makanan!!!.
Karena apa? karena kami sepakat dengan paradigma ini;  

"Karya seni tidak akan bisa kita nikmati kalo perut masih belum terisi"

cukup menjelaskan mengapa di negeri ini, seni tidak terlalu populer. 
             
      Ada yang menarik yang perlu aku catat dari perhelatan tersebut. Karya yang menang kembali karya video. Dan masih tetap dengan nuansa parodi. Menarik. Ruang raksasa ditaklukkan karya sederhana itu.  Ya, dan seni tak perlu muluk-muluk. Hanya permasalahan dimana kau menyimpannya saja. Aku jadi berpikir, Bandung Comedy Art Award mungkin nama yang lebih cocok untuk perhelatan ini. Sayangnya perutku masih belum terisi, jadi aku tidak boleh dulu berpikiran seperti itu.