Wednesday, July 25, 2012

BRENDEN FOSTER




Apa yang paling diinginkan dalam sebuah hidup? Sebut saja menjadi kaya, menjadi terkenal, pergi ke luar negeri, beli mobil mewah atau punya rumah besar. Perayaan. Dan saya tidak pernah terkejut dengan itu. Paling tidak mari bersorak sedikit untuk kita. “Homo Volens!”. Lalu tebak apa yang dipikirkan ketika esok adalah kematian kita? Karena kali ini saya cukup terkejut. Bahwa saya menemukan seorang calon pemegang ijazah cap gajah duduk berusia 20 tahunan yang berbicara “kalo besok adalah hari kematian saya, hari ini saya bakal baca komik sebanyak-sebanyaknya, makan makanan yang belum pernah dicoba, terus main game sepuasnya”.  
Anjing! Saya bilang.
Belajarlah dari anak ini. Brenden Foster. Seorang anak laki-laki berumur 11 tahunan asal Bothell, Washington yang telah didiagnosa leukemia lymphoblastic akut oleh dokter pada tahun 2005. Harapan untuk hidup jauh lebih lama lagi, hampir tidak mungkin untuknya. Tapi ketimbang membaca komik, main game sepuasnya atau melakukan kegiatan-kegiatan tolol yang sering dilakukan orang "dewasa" lainnya, ia memilih berkeinginan, untuk memberi makan para tunawisma. Dan pada giliran lainnya ingin menjadi seorang malaikat. Agar selanjutnya ia bisa membantu para tunawisma itu dari surga. Keinginannya Ini telah menginspirasi sebuah stasiun TV lokal untuk kemudian memberitakannya pada November 2008. Membuatnya menjadi perhatian dunia. Menginspirasi banyak orang.
The Brenden Foster Food Drive kemudian didirikan oleh stasiun tersebut untuk menghormatinya. Di tempat lain di Seattle, muncul para relawan dari Emerald City Lights Bike Ride yang ikut tergerak membagikan 200 sandwich kepada para tunawisma. Gerakan “Stuff the Truck”, gerakan mengisi tujuh truk  dengan makanan, telah terpenuhi makanan dan uang tunai $95,000. Serta Union Rescue Mission sebuah tempat penampungan tunawisma di Los Angeles membagikan lebih dari 2500 makanan atas nama Brenden.

"Why at so young an age? I could have done more. 
But if it has to be now, it has to be now."

Adalah kalimat untuk Tuhan tentang kehidupannya.

Untuk ini, saya  sampai pada kenyataan. Usia tak pernah menentukan tingkat kemuliaan seseorang.  Bukan seorang mahasiswa. Bukan seorang 20 tahun. Karena sepertinya 11 tahun adalah waktu yang cukup untuknya.


 ketika ditanya tentang hal apa yang paling membuatnya sedih,
Ia menjawab, 
"When someone gives up."