Thursday, October 18, 2018

SESEORANG YANG MENYAKITKAN



***
Ada yang lebih menyakitkan dari seseorang yang berbicara buruk tentangmu.
Ia adalah seseorang yang membandingkan dirimu dengan orang lain.

***

Monday, December 25, 2017

Tuesday, October 17, 2017

THE TWO EARLY

The early bird catches the worm

___

The early worm caught by the bird

Monday, July 31, 2017

KAMIS

Kamu gerimis


Yang turun perlahan
tapi lekas menyisakan

Wangi tanah di muka rumah

Yang urung mengingatkan
tapi lugas menyiratkan,

Semula tanah akan berakhir tanah


Monday, October 10, 2016

TENGGELAMLAH

***

Seberapa jauh kau bisa mengingatnya; sekian lenting gravitasi yang kau abaikan tatkala kau tengah dalam petualangan sengit menujunya? Karena seandainya saja kau bisa menyisakan sebagianmu untuk sejenak menerima dan tenggelam dalam iramanya, ada milyaran perasaan yang pada gilirannya tengah kau suarkan ke sebuah dunia ketika ruang dan waktu tersaji dalam sekepal origami yang siap untuk kau lipat sesuka hati; ke sebuah dunia ketika yang lalu dan yang mendatang, terurai dalam senar gitar yang selalu kau lirihkan untuknya di tepian petang. Hingga berikutnya ketika kau kembali merebah di serambi pangkuannya lagi, tak ada satupun frasa yang perlu kau tuai lagi, karena perasaan itu telah lebih dulu tiba kepadanya sejak lama; sejak pertemuanmu di sekian inkarnasi sebelumnya, bahkan sejak cinta masih menunggal dalam substansi universal dan belum pernah termanifestasikan dalam gagasan apapun. Jadi mulailah untuk menerima dan tenggelam. Karena lentingan itu hanya bisa kau selami dengan jalan berserah.


***

Thursday, September 29, 2016

CUAP-CUAP MENYESATKAN

Sepanjang bulan September ini, saya kembali berkesempatan untuk mengisi dua workshop videography lagi. Di dua workshop tersebut, saya bikin pendekatan workshop yang sedikit berbeda, yaitu dengan menstimulus peserta untuk membuat video berdasarkan audio bernarasi yang sudah saya bikin sebelumnya. Walaupun sebenernya punch line narasi-narasi tersebut kebanyakan sifatnya adalah pengulangan dari tulisan saya di blog ini sebelumnya, tapi supaya bisa terdokumentasi dengan baik, maka saya rasa tidak ada salahnya saya memposting transkrip tersebut di sini. So, this is it...


PERANTAUAN SEMALAM

Malam ini, kutanggalkan segenap pongahku di lengkung bayanganmu

Di saat waktu tengah dalam tenggang paling tergesanya
Hingga tak satu detikpun berlalu tanpa sebuah doa terpanjat untukmu

Kita hanyalah sekumpulan laron dalam perantauan semalam mencari lentera
Dengan angin yang terus berkisah tentang perpisahan kita di sekian detik setelahnya

Tapi sekalipun harus dengan sayap yang luluh terbakar seperti ini
Tak satu luka pun yang pernah gagal terobati
Oleh kata yang paling tak terdustakan darimu, bahwa

“Suatu saat kita akan merindukan hari ini”

(KM-ITB, 8 September 2016)

***



SI PECANDU YANG BERGUMAM

Sesekali perasaan ini kembali terjatuh pada kerancuan yang sama
Ketika angin datang berkejaran, tanpa satupun arah yang lugas ditunjuknya
Persis seperti apa yang siratmu ujarkan padaku semalam di ujung terjagaku bahwa,

Serupa doa dan dosa yang tengah berebut kuasa
dalam hunusan pedang sebuah peperangan paling berdarah
Hidup terkadang terasa sangat jelas
Namun bisa menjadi sangat rumit di sekaligusnya

Sepertimu
Dalam ritus kosongku mencanduimu

Ketika untuk seorangmu,
memiliki ketiadaanmu pun,
adalah keindahan yang perlu dimenangkan juga.

(Kedai Teko Bandung, 18 September 2016)

***